tangis itu mendayu-dayu,
di balik reruntuhan kaku,
ratap itu terdengar syahdu,
di celah-celah mayat nan beku
jeritan wanita nan lemah,
tangis si kecil penuh resah,
si tua merangkak mencari arah
darah mujahid yang tumpah,
nyawa pejuang yang dikunyah,
sanggup kau biarkan mereka dilapah-lapah
suara itu memanggilmu,
dari bumi Syria yang kian sayu,
merayu-rayu agar dipeduli,
namun engkau masih bisu
tergamaknya engkau melihat saja,
cuma jadi penonton setia,
hanya di balik skrin kaca,
tanpa pernah kau usaha
mereka itu saudara kamu,
namun kamu diam membisu
maafkan kami Syria,
tangis matamu tak dapat kami kesat
parah lukamu tak mampu kami rawat
musuh durjana tak bersungguh kami sekat
entah apa hujah kami di akhirat
Madinah Al-Munawwarah,
0138, 26 April 2014
No comments:
Post a Comment